Banyak orang berpikir cowok ganteng biasanya rewel dalam memilih pasangan.
Tapi, menariknya, beberapa penelitian sosial dan pengalaman sehari-hari justru menunjukkan sebaliknya: cowok yang dianggap ganteng relatif lebih santai dalam memilih pasangan, sedangkan cowok yang dianggap “tidak ganteng” justru lebih selektif.
Fenomena ini bisa dijelaskan lewat kacamata psikologi sosial dan teori hubungan interpersonal.
1. Pengalaman Ditolak: Memori Sosial yang Membentuk Perilaku
Cowok yang secara fisik tidak dianggap menarik lebih sering mengalami penolakan saat mendekati lawan jenis.
Dalam psikologi sosial, hal ini disebut dengan social rejection, yang menurut penelitian Leary (2001) dapat menimbulkan rasa sakit psikologis mirip dengan rasa sakit fisik.
Akibat pengalaman ditolak berulang, mereka cenderung:
- Lebih berhati-hati sebelum mendekati seseorang.
- Menyaring calon pasangan dengan standar tertentu agar tidak merasa "salah pilih" lagi.
- Mengembangkan mekanisme pertahanan berupa self-handicapping (menghindar duluan sebelum ditolak).
Sementara cowok ganteng jarang mengalami penolakan. Bahkan, mereka kerap justru didekati terlebih dahulu, sehingga pengalaman sosial mereka lebih positif.
Akibatnya, standar mereka dalam memilih pasangan menjadi lebih longgar.
2. Minder Duluan: Efek Self-Esteem dan Teori Kecocokan
Menurut teori Matching Hypothesis dari Walster dkk. (1966), orang cenderung mencari pasangan dengan tingkat daya tarik fisik yang setara.
Nah, cowok yang merasa “kurang ganteng” sering kali mengalami self-esteem rendah.
Dampaknya:
- Mereka merasa tidak pantas mendekati pasangan yang dianggap “lebih tinggi levelnya”.
- Karena minder duluan, justru mereka lebih memilih dengan cermat, memastikan pasangan yang dituju punya kemungkinan besar menerima mereka.
- Proses ini sering disadari sebagai bentuk “realistis”, padahal sebenarnya dipengaruhi rasa minder.
Sedangkan cowok ganteng biasanya memiliki self-esteem tinggi karena mendapat penguatan sosial (pujian, perhatian).
Hal ini membuat mereka tidak perlu terlalu mempertimbangkan “apakah pasangannya selevel atau tidak”. Akibatnya, mereka lebih fleksibel dalam menerima pasangan.
3. Perasaan Hanya Dijadikan Pelampiasan: Kecemasan Relasional
Cowok yang tidak terlalu menarik sering merasa dirinya hanya dijadikan cadangan atau “pelampiasan” emosional oleh pasangan.
Dalam teori Attachment (Bowlby, 1969), individu dengan pengalaman ditolak atau merasa tidak dihargai sering mengembangkan insecure attachment style (cenderung cemas dan waspada dalam hubungan).
Dampaknya:
- Mereka lebih selektif dalam memilih pasangan, takut hanya dimanfaatkan tanpa ada komitmen.
- Cenderung bertanya-tanya: “Apakah dia benar-benar suka sama aku, atau cuma butuh teman sementara?”
- Proses seleksi jadi lebih ketat karena adanya fear of rejection (takut ditinggalkan).
Sementara cowok ganteng lebih jarang menghadapi situasi ini. Karena biasanya mereka mendapat atensi tulus dari berbagai pihak, mereka tidak terlalu khawatir dimanfaatkan. Hasilnya, dalam berhubungan mereka lebih terbuka dan tidak pilih-pilih.
-00-
Fenomena cowok ganteng yang cenderung tidak terlalu pilih-pilih dan cowok “kurang ganteng” yang justru lebih selektif dapat dijelaskan lewat tiga aspek psikologis:
- Pengalaman ditolak → membentuk kehati-hatian.
- Rasa minder dan self-esteem rendah → membuat lebih memilih pasangan dengan seleksi ketat.
- Kecemasan relasional → muncul dari perasaan takut hanya dijadikan pelampiasan.
Sementara itu, cowok ganteng yang mendapat validasi sosial lebih banyak, punya self-esteem tinggi, serta jarang mengalami penolakan, justru cenderung lebih terbuka dan santai dalam memilih pasangan.
Artinya, daya tarik fisik bukan hanya soal penampilan, tapi juga membentuk pola pikir dan strategi dalam membangun hubungan.

Posting Komentar